Jumat, 19 Desember 2008

Polisi VS Mahasiswa

Ridha Saleh (Wakil Ketua Komnas HAM): Insiden saling lempar batu antara mahasiswa dan polisi di Unhas itu tak mesti terjadi jika pimpinan kepolisian bisa mengarahkan aparatnya lebih persuasif dalam menangani aksi-aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa.Informasi yang saya terima, insiden itu dipicu karena sikap polisi yang berlebihan polisi di dalam kampus. Kalau itu terjadi, maka Kapolda Sulselbar Irjen Polisi Sisno Adiwinoto harus bertanggung jawab Dr Faisal Attamimi MS (Ketua Harian IKA Unhas): Tindakan polisi yang menyerbu kampus sudah dikategorikan tindakan brutal. Polisi itu digaji oleh rakyat sehingga harus menjadi pengayom. Demo mahasiswa saat itu juga bukan untuk kepentingan pribadi dan mereka mempertanyakan kebijakan yang dianggap merugikan rakyat TUBUH Febrianto (22) masih tergeletak di atas tempat tidur di ruang perawatan Lontara II Rumah Sakit Umum (RSU) Regional Dr Wahidin Sudiro Husodo, Makassar. Mahasiswa Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar terbaring lemah. Wajahnya dipenuhi luka robek dan memar. Mahasiswa semester sembilan ini adalah salah satu korban bentrokan antara mahasiswa dengan polisi saat terjadi demontasi menolak pengesahan Undang-Undang (UU) Badan Hukum Pendidikan (BHP), Rabu (17/12). Selain berbaring, selang yang terhubung dengan tabung oksigen juga masih terpasang di hidung Febrianto. "Saya tidak terlibat aksi. Saya datang untuk memanggil seluruh mahasiswa dari fakultas teknik untuk mundur ke fakultas," katanya Febrianto dengan nada terbata-bata saat ditemui di Tribun, Kamis (18/12). Sebelum dirawat di RSU Wahidin, korban sempat dilarikan ke RS Bhayangkara milik Polda Sulsel. Namun atas permintaan Rektor Unhas Prof Dr dr Idrus Paturusi SpBO dan pihak keluarga, mahasiswa asal Parepare ini kemudian dipindahkan ke RS Wahidin yang masih berada dalam satu kawasan dengan kampus Unhas Tamalanrea. Febrianto menambahkan dia mendapat instruksi dari ketua senat fakultas teknis agar dia mengajak mahasiswa teknik mundur ke fakultas. Namun tiba-tiba dia menjadi sasaran amukan polisi yang brutal. Dia tak bisa lagi menghitung berapa pukulan, tendangan, dan hantaman pentungan yang mendarat ke wajah dan tubuhnya. Setelah itu dia pun pingsan dengan berlumuran darah. Selain mengalami luka lebam yang cukup parah dibagian mukanya, korban juga merasa sesak di bagian dada. Akibatnya, dia kesulitan saat bernapas. Korban juga mengalami gangguan pada bagian engkel kaki yang retak karena diduga diinjak berkali-kali oleh polisi. Balutan gips pun harus terpasang di bagian kaki. Febrianto juga membantah bila dirinya dipukul oleh mahasiswa lain seperti penjelasan polisi karena dia dikira intel polisi. "Awalnya saya berhasil menangkis pakai tangan kiri, namun tiba-tiba ada yang memukul saya dengan menggunakan pentungan sehingga saya terjatuh," kata Febrianto yang dipukul saat dia berada di dekat rektor. Pengakuan dari kanda Febriyanto di atas, bisa menjadi sebuah advokasi buat seluruh warga OKFT-UH yang menepis anggapan bahwa ANAK TEKNIK dalang dari aksi ini... (sorry yah!!).. Ada cerita lucu, waktu itu saya naik pete-pete masuk kampus di hari ke-2 chaos... ada diskusi ringan di dalamnya, Ada Bapak-bapak (kayaknya pegawai Birokrat deh), ada satu mahasiswidan 2 orang ibu2 yang singgah di RSWS.. Si bapak: siapakah lagi itu yang demo?? Anak teknik...?? Si mahasiswi: kayaknya pak Mutiah : gabungan pak... (dengan dada yg mulai panas... hehhh, enak aja) Si mahasiswi : Tapi kayaknya kebanyakan anak Teknik. Mutiah : (hikz...hikzz.... apa dia tidak meliat muka ku yang mulai memerah??) akhirnya... Si Mahasiswi & Si bapak : kiri pak?? Mutiah : fiuh....... (turun juga,, Liat mi nanti... anak Teknik kan Mengahrumkan UNHAS ke Penjuru Dunia.. Lebay!!!!)

1 komentar:

Jangan Lupa tinggalkan komentarnya yah.....