Sabtu, 21 Februari 2009

Ke Mana???

Ku hanyalah Petualang Sejati Yang Mencari Makna dan Hakikat sebuah Kehidupan Ku Hanya Pejuang yang sanantiasa berjuang untuk sebuah harga kehormatan, kebebasan, ketenangan dan kehidupan yang baik bagiku, keluargaku, lingkunganku untuk ummat dengan cahaya Islam Ku Hanya Petualang Sejati Yang Selalu Mengharap RidhoNya Meskipun Ku Tahu, Hati dan Jiwa ini Hina... Ku Hanya Pejuang yang senantiasa berusaha menjadi Matahari Tersenyum pada Seluruh CiptaanNya Menghangatkan di Kala dingin Dirindukan ketika Hujan Senantiasa berdamai dengan Rembulan INILAH AKU.... MUTIAH... Gambaran tentang seorang Mutiah, ya inilah aku Mutiah... Tetap berusaha untuk itu semua, hingga saat ini sampai saatnya dunia mengembalikanku pada sang Pemilik... Tapi... Apa yang kurasakan sekarang?? Kenapa, ku merasa.. JATUH... Seolah-olah melupakan siapa diriku... Kemana semangat itu?? Apakah dunia sudah membuatmu terlena MUTIAH?? seberapa hebatkah si dunia itu...?? Astaghfirullah... Ketika JENUH mulai terasa, yaa Rabb kuatkan kaki ini melangkah... karena ku tau Masalah adalah sebuah keniscayaan... Pasti datangnya... Masalah ibarat anak-anak tangga yang membuat banyak orang berfikir untuk memilih, dilalui atau kembali ke bawah... Masalah ibarat ujian penaikan kelas, apakah akan naik kelas dengan nilai A-B-C-D-E atau tidak naik kelas sama sekali... Maafkan diri ini ya Rabb... ketika harus mengeluh... Kadang ku menikmati frame-frame yang telah membingkai diri ini... Di satu sisi, ku hadir dengan senyuman dan keriangan.. Of course, itu karena saya merasa menjadi pemenang. Merasakan semuanya berjalan dengan lancar, tanpa ada kendala... Di sisi yang lain, ku hadir dengan senyuman yang tetap merekah.. Tapi, hati dan pikiran ini sedang galau... Ohhhhhhhh god Maafkan atas keluh kesah ini, Ya Rabb tahukah engkau, Hanya padaMu hamba mengadu dan Hanya padamu Hamba memohon pertolongan... Tunjukilah jalanmu yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang tak henti-hentinya Engkau karunia nikmatMu... Hidup Tidak selalunya Indah Langit Tak selalu cerah Suram Malam tak berbintang Itulah lukisan Alam... Hijazz-lukisan Alam...
lanjut baca qaqa ^_^ - Ke Mana???

Singgah Sebentar, yuk!!!

Bismillahirrahmanirrahim... Ada kalanya manusia berada di atas... Ada kalanya manusia berada di bawah bahkan, terkadang manusia berada di tengah-tengah... Sahabat, diri ini hadir untuk selalu membaggakanmu tapi tak jarang, diri ini sering membuatmu dongkol bahkan ilfill... pfiuhhh.... Postinganku kali ini, meminta penilaian dari ente yang sudi singgah di postinganku ini... Ane meminta penilaian seorang Mutiah dari ente yang "telah terjebak membaca ini" pliss... Sangat dibutuhkan, sebagai bahan perbaikan ke depan, gak ada maksud apa-apa (murni perbaikan koq, insya Allah)... Kritikan, saran semuanya diterima... Oke... Syukran...
lanjut baca qaqa ^_^ - Singgah Sebentar, yuk!!!

Selasa, 10 Februari 2009

Aku Mereka dan Indonesia

Eng ing eng.... Aku Cinta Indonesia, ya iyalah secara saya kan orang Indonesia.. Kemarin saya sudah daftar dan ikutan Aku dan Indonesia Untuk Negeriku Blog Competition 2009 Tapi belum sempat di posting sekarang, masih proses editing... So, tanggal 12 deh baru postingnya Insya Allah... BTW, itu bertpatan dengan Miladnya UMMIKU... kira-kira saya ngasi apa yah??
lanjut baca qaqa ^_^ - Aku Mereka dan Indonesia

Rabu, 04 Februari 2009

Arjuna dan Bidadari

Namanya Arjuna, persis nama seorang tokoh dalam dunia pewayangan. Tapi ia tak tampan, tak gagah. Apalagi digila-gilai oleh wanita. Arjuna yang ini hanya seorang penjual ulat sebagai pakan burung yang penghasilannya tidak menentu. Tinggalnya di sebuah rumah sederhana dengan ibundanya yang sudah berusia 70 tahunan. Sejak usia 2 tahun Arjuna menderita lumpuh. Penyebabnya adalah demam yang sangat tinggi yang kemudian merusak syarafnya. Arjuna kini sudah 40 tahun dan tetap lumpuh. Ia pun masih tetap ulet menjalankan profesinya. Sejak beberapa waktu yang lalu ia mempunyai kegemaran baru, suka mengikuti pengajian dari masjid ke masjid. Dari pengembaraannya itu akhirnya ia jatuh cinta pada sebuah masjid di sebuah pondok pesantren yang dipimpin oleh seorang kyai yang masih muda dan berkharisma. Pagi itu Arjuna tampak rapi dan wangi. Ia menggunakan baju terbaiknya, sebuah baju koko berwarna putih yang dimintanya pada sang ibu untuk disetrika licin-licin. Ia sudah siap menuju pengajian di pondok pesantren. Jaraknya lumayan, dari Jl. Pendawa Dalam, Bandung, ke daerah Gegerkalong Girang. Apalagi bagi seseorang yang tak berfisik sempurna seperti Arjuna, jarak itu terasa lebih dari sekedar lumayan. Arjuna merangkak di depan rumahnya, lalu dengan suara cadelnya berteriak memanggil becak di ujung jalan. Sang tukang becak pun tanggap dengan panggilan Arjuna. Ia mafhum, Arjuna pasti akan pergi ke pondok pesantren. Arjuna duduk manis di dalam becak, hingga sampai ke jalan besar. Di jalan besar, sang tukang becak membantu memanggilkan taxi. Satu taxi lewat, taxi berikutnya juga, dan berikutnya, lalu berikutnya. Arjuna tetap duduk manis di dalam becak, tersenyum. Keringat mengucur di tubuh sang tukang becak yang tampak sedikit kesal tidak satu pun taxi yang mau berhenti. Membawa Arjuna sebagai penumpang taxi memang berbeda. Sang sopir taxi harus rela membantu menggendongnya. Maka tak heran kalau tak semua sopir taxi mau. Tapi Allah selalu memberikan pertolongan-Nya. Sebuah taxi meluncur pelan dan berhenti. Sampai di pondok pesantren Arjuna disambut oleh beberapa orang jemaah. Ia sama sekali tak dipandang sebelah mata. Justru banyak orang yang sayang padanya, termasuk sang kyai. Ceramah pun dimulai. Seperti kali yang lalu. kali ini Arjuna tak mampu membendung air matanya. Semangatnya membara. Bukan hanya itu bahkan bergejolak. Bagai sebuah handphone yang perlu di-charge, inilah saat-saat Arjuna menge-charge jiwanya. Total biaya Rp.50.000,- yang harus ia keluarkan untuk pulang pergi ke pondok pesantren, serasa tak ada harganya dibanding dengan setrum yang menyulut dirinya. Ajuna jadi lebih semangat bekerja, lebih semangat mengumpulkan uang untuk bisa datang ke pengajian. Arjuna sekarang jadi rajin ibadah malam. Sifat pemarahnya mulai hilang, jadi lebih sabar dan optimis. Pelan-pelan keinginan itu muncul. Suatu keinginan yang sama sekali tak pernah berani untuk ia mampirkan walau sekilas di kepalanya. "Ibu, Arjuna kepingin kawin!" Suara cadel Arjuna bagai geledek yang memecah kesunyian malam di telinga sang ibu."Arjuna enggak mimpi kan?" sang ibu bertanya sambil menguncangkan tubuh Arjuna yang tergolek lemah di tempat tidur." Eh ibu, Arjuna mah bangun. Ini enggak mimpi. Sungguhan, Arjuna kepingin kawin."Sang ibu menelan ludahnya beberapa kali, miris. "Jang, kamu teh mau kawin sama siapa?""Nggak tau. Tapi Arjuna sudah minta sama Allah."Mata sang ibu hampir-hampir tak kuat membendung air mata yang hendak tumpah. "Bener atuh, kalau memohon ya sama Allah."Sang ibu bingung apa yang harus ia lakukan. Menghibur Arjuna dan membangun mimpi-mimpi indah yang kosong melompong. Atau membuatnya melek melihat kondisi cacatnya. Tapi itu sama saja artinya dengan menghempaskannya ke jurang dalam. Sang ibu cuma bisa menyerahkan pada Allah, apapun kehendak-Nya. Malam purnama. Arjuna baru saja selesai sholat tahajud. Ia merenungi keinginannya yang mulai menjadi azzam. Pikirannya berkecamuk. "Tapi, kalau nanti punya istri pasti biaya akan bertambah. Sekarang saja hidup sudah pas-pasan. Ah, rejeki kan sudah diatur oleh Allah, tinggal kita yang harus ikhtiar. Tapi, mau nikah sama siapa. Eh, iya ya. Siapa yang mau sama saya yang jalan aja mesti merangkak, mau ke mana-mana mesti digotong. Ah, itu kan sama juga, jodoh sudah diatur sama Allah. Tinggal ikhtiar saja. Besok saya akan bilang sama Pak Kyai, minta dicarikan istri."Pak Kyai, saya kepingin kawin!" Pak Kyai itu pun kaget tak beda seperti ekspresi sang ibu ketika mendengar ucapan Arjuna. Dengan sabar Kyai berkata, "Wah bagus itu. Menikah kan sunnah Rasulullah, apalagi kalau niatnya untuk ibadah.""Iya, iya, saya kepingin kawin karena kepingin ibadah. Kepingin punya anak-anak yang normal dan berjuang di jalan Allah.""Arjuna mau menikah dengan siapa?""Saya ingin minta dicarikan sama Pak Kyai."Pak Kyai pun menggaruk-garuk kepalanya. Bukan amanah yang ringan. Sudah berkali-kali ia mempertemukan jodoh diantara santri-santrinya. Diantaranya ada juga yang tidak sekali langsung jadi. Itu pun santri-santri yang normal, tapi Arjuna...?!Sang Kyai bukan mengecilkan arti Arjuna. Semua orang sudah ditentukan takdirnya oleh Allah. Dan tak akan tahu takdirnya bagaimana kecuali dengan berusaha. Tapi usaha yang harus dilakukan untuk mencari istri untuk Arjuna bukan perkara mudah. Tapi Allah berkehendak lain. Sang Kyai akhirnya menemukan sang gadis. Gadis itu normal, juga sholehah. Ia salah satu jamaah yang kerap mengikuti pengajian Kyai. Kyai mengucap syukur yang tiada tara, karena akhirnya gadis itu mengucapkan kesediaannya menikah dengan Arjuna. Ina, gadis itu, jelas-jelas tahu Arjuna yang akan dinikahinya berfisik tak sempurna. Sangat jauh dari gambaran tokoh Arjuna yang ada di lirik lagu. "Kenapa Ina mau menikah dengan Arjuna?" tanya sang Kyai. "Ina sudah tahu apa resikonya? Apa yang akan dihadapi di kemudian hari?""Niat saya cuma ingin mencari keridhoan Allah. Saya ingin menjadi bidadari di syurga nantinya," kata sang gadis dengan mantap. Pagi hari di bulan Agustus 2002 itu seakan bersinar lebih cerah dari biasanya bagi Arjuna. Sebelum berangkat, ia menangis. Bukan sedih, justru kebahagiaan luar biasa yang tak terbendung. Suatu keajaiban yang tak pernah ia bayangkan akan terwujud. Mulanya hanya sebuah keinginan, lalu menjadi tekad, dan kini menjadi nyata. Allah mengabulkan permohonannya. Terbata-bata Arjuna mengucapkan ijab kabul. Bukan karena grogi, tapi karena memang ia kesulitan mengucapkan kata-kata. Dua ratus pasang mata ikut berlinangan airmata, tak kuasa menahan haru yang tiba-tiba menyeruak. Arjuna menyerahkan mas kawin berupa 23 gram emas kepada istrinya. Lalu Arjuna bersujud di hadapan ibunya, menangis tersedu-sedu. Di hadapan para tamu, sang Kyai berkata, "Kita harus banyak belajar dari Arjuna, seseorang yang diberi ujian berupa kekurangan fisik dari Allah, namun tidak takut dan berani mengambil keputusan terhadap masa depannya. Arjuna adalah contoh seseorang yang berserah kepada Allah, yakin akan rejeki yang sudah ditetapkan-Nya. Semoga Allah memberkahi pasangan pengantin ini, menjadikannya sakinah, mawadah, warrahmah." Doa sang Kyai ini pun di amini oleh para tamu walimah. Arjuna memandangi istrinya penuh haru. Ina baru saja selesai mencuci baju. Arjuna senang sekali, kini ia tak lagi mencuci baju sendiri seperti ketika bujangan dahulu. Ina juga selalu merawat dengan penuh ikhlas dan telaten. Seorang gadis telah Allah kirim untuk menjadi pendampingnya di dunia. Arjuna berharap Ina juga akan menjadi bidadarinya di surga nanti. Insya Allah. **Milist Madz** Kiriman : Julia Ismail
lanjut baca qaqa ^_^ - Arjuna dan Bidadari

Cara Buat Favicon Blog

Banyak para netter pemula (newbie) atau mungkin para netter lain yang mungkin bingung gimana cara buat favicon atau icon yang bisa muncul di address bar yang bisa menunjukkan identitas si pemilik blog atau website. Akan saya beberkan sedikit cara untuk membuatnya, tapi ini khusus untuk di BLOGGER bukan di WORDPRESS sebab di BLOGGER ada format untuk edit HTML. Ada 2 caranya: 1. Cari format yang bertuliskan: ]]> Lalu paste kode HTML ini: Tepat dibawah ]]> jadi formatnya: ]]> Kode HTML yang berwarna merah Anda ganti dengan kode HTML icon milik Anda. Ukuran icon saya sarankan berukuran 16 x 16 pixel, bisa format apa saja: GIF (gambar animasi) atau PNG (gambar icon non animasi) atau bisa dengan format lain. Anda bisa upload icon atau gambar Anda di photobucket.com lalu edit image saja di sana, daftar gratis. 2. Cari format yang bertuliskan: ]]> Lalu paste kode HTML ini: Tepat dibawah ]]> jadi formatnya: ]]> Kode HTML yang berwarna merah Anda ganti dengan kode HTML icon milik Anda. Ukuran icon sama dengan keterangan di atas. Hanya saja Anda upload icon-nya di iconj.com, tinggal upload di icon generator lalu Anda akan diberi kode Direct Link dan HTML Code (copy dan paste sesuai dengan format di atas). Untuk upload icon di iconj.com tanpa daftar, gratis dan langsung jadi. Selamat Mencoba...
lanjut baca qaqa ^_^ - Cara Buat Favicon Blog

4 Februari 1997

3 Februari 1997... 12 Tahun yang lalu... 27 Ramadhan 14.. (ahh, lupa) 12 Tahun yang lalu, tepatnya 3 Februari 1997 hari selasa jam 15.15 wita... mengingatkanku pada detik-detik pertemuan terakhir dengan Abbaku, masih kecil memang.. 8 tahun, katanya orang belum tau apa-apa kalau Abbanya sudah tiada... Setelah terbaring hampir sebulan di Rumah Sakit Umum Wahidin Sudirohusodo di bulan Ramadhan karena si Virus Hepatitis B yang menggerogoti tubuhnya... Di usia 50 tahun, Allah telah membuktikan sayangnya yang luar biasa kapada Hambanya... Menjelang beberapa hari Idul Fitri... Meninggalkan 5 orang anak dan seorang Istri, meninggalkan "amanah" yang baru di jalankannya kurang lebih 6 bulan setelah terangkat menjadi Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS... Yah, 12 tahun sudah berlalu... Saatnya anak-anaknya melanjutkan perjuangannya... Tapi tidak untuk menjadi seorang dosen (maaf), tapi nilai-nilai KEISLAMAN yang tlah ditanamkan sejak kecil HARUS menjadi harga mati yang telah melekat dalam daging dan mengalir dalam darah.. Dan sifat TEGAS yang tak pernah lepas... Ruang Idaman, 05:00 wita Rabu 4 Februari 2008...
lanjut baca qaqa ^_^ - 4 Februari 1997