"Muti, tanggal 28 Ramadhan Abbamu dikuburkan di'?", pertanyaannya Ummi, tiba-tiba membuyarkan lamunanku yang sedang melanglang ke 15 tahun yang lalu yang kebetulan ummi menanyakan hal yang sama, mungkin kita berdua sedang memikirkannya disaat bersamaan.
"iye", jawabku pelan sambil senyum..
"28 Ramadhan, kalian mulai jadi anak yatim", sambungnya..
wuzzz, seperti ada angin panas yang menghampiri sekilas.. ekspresiku hanya senyum dan melanjutkan beres-beres rumah.
sebetulnya, sejak beberapa hari yang lalu pikiranku sudah ada disana, mungkin ummi pun demikian. Setiap akhir Ramadhan, ingatan memang selalu kesana 15 tahun yang lalu ^_^
15 tahun yang lalu, kehilangan sosok seorang Ayah ^_^
Beberapa hari yang lalu saya menonton acara di salah satu stasiun TV swasta, dimana ada seorang Ayah yang mengajarkan anaknya mengayuh sepeda barunya..
^_^ teringat waktu saya yang diajarkan bersepeda oleh Abbaku, waktu itu masih duduk di TK nol besar (kalo tidak salah ingat). Dengan pelan-pelan Abba melatih mengayuh sepeda roda 4 yang 2 roda bantunya telah dibuka, mengelilingi lapangan bola depan rumah kami. Setengah lapangan Abba masih memegang di bagian belakang sepeda, tanpa tersadar saya mengelilingi lapangang tanpa dipegang lagi dan akhirnya terjatuh. Dan mahirlah saya mengayuh sepeda roda 2.
Pernah juga, Abba menyembunyikan sepedaku di gudang, karena saya terlalu sering keluar siang. ^_^
dan hadirlah beribu-ribu kenangan di dalam kepalaku, yang menghadirkan banyak ekpresi. Nangis, senyum, tertawa.
15 tahun yang lalu, perpisahan memang selalu sakit kawan
Tapi sudah sunnatullah, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan dan semua yang hidup akan kembali padaNya. Cuma waktu yang membedakan. Disetiap awal perpisahan manusia mana sih yang tidak merasa kehilangan?? Begitupun kami.
Tapi semakin berjalannya waktu, Allah telah membuka mata kami dan berkata "Hei, ini Hikmah besar yang dari semua kejadian yang telah kalian lalui"..
Banyak kemungkinan-kemungkinan yang bisa hadir.
Mungkin, kami akan menjadi manja.
Mungkin, kami tidak mengenal arti kesederhanaan,
Mungkin, kami sudah dianggap layak menumpu beban hidup masing-masing sepeninggal beliau,
atau kemungkinan lainnya, yang biasa terjadi.
15 tahun yang lalu, beliau pergi meninggalkan jabatan strategis di awal periodenya
Menjadi Dekan Pertama, disalah satu fakultas baru di salah perguruan tinggi negeri di Makassar terhitung baru 6 bulan, dan dihadapkan dengan konflik dan intrik dengan mahasiswanya yang menuntut terlalu banyak.
di lain sisi, beliau berharap anak-anaknya bisa melanjutkan cita-citanya, tanpa haus jabatan dan harta. melanjutkan kehidupan keluarga dan beregenerasi, tetap memegang teguh landasan Agama dan tata krama kehidupan, tanpa menjadikan harta dan tahta sebagai patokan dalam berjalan.
15 tahun yang lalu, dia pergi.. wajar dikenang
kata orang-orang disekitarku, "muti, kamu mi yang paling diperhatikan sama Abbamu. karena satu-satuji perempuan".
mungkin saya tidak terlalu merasakannya. disaat beliau sibuk (tak pernah kulihat waktunya bersantai-santai) dan umur saya masih sangat kanak-kanak ditambah lagi saya jarang berkomunikasi dengan beliau. Segan. Ya, beliau sosok yang pantas untuk disegani, termasuk kami anak-anaknya.
tapi satu kenangan yang sangat saya ingat, disaat penyakit beliau sedang keras-kerasnya (beberapa hari sebelum masuk rumah sakit, beberapa hari sebelum ramadhan).
disaat musim hujan dan musim sepatu boot dan musim mantel hujan, Abba masih sempat menemani keliling seharian dari satu tempat ke tempat perbelanjaan lain demi mencari sepatu boot dan jas hujan warna pink kesukaanku, padahal saya tidak pernah menuntut dan meminta untuk dibelikan :(. Sepulang keliling hari itu, beliau menghabiskan ramuan tradisional yang harus dikonsumsinya untuk menghalau virus-virus jahat yabg telah menggerogoti tubuhnya.
3 hari setelah itu, beliau diharuskan rawat inap karena virus Hepatitis B semakin ganas, saya tidak melihatnya meninggalkan rumah. Katanya, malam sebelum beliau harus rawat inap, beliau masih sempat menandatangani tumpukan file-file dengan posisi duduk yang sudah tidak stabil. Setelah di rawat 27 hari (hanya 3 kali saya diijinkan membesuk, karena wabah virus yang cukup berbahaya), beliau menghadap Sang Rabb. 4 Februari 1997/27 Ramadhan 1417H, tepat adzan Azhar.
Ijinkan saya menangis..
Ijinkan kami, melanjutkan cita-citanya..
Allahumaghfirlahu Warhamhu Wa'afihi Wa'fuanhu..
Ya Rabb,
Lapangkanlah kuburnya, Terangi dengan cahayaMu.
aamiin